Rabu, 10 November 2010

JANGAN JADIKAN ANAKDIDIK SEBAGAI KULI

Tulisan ini dibuat khusus untuk introspeksi guru-guru matematika SMP termasuk penulis sendiri.
Pada satu kesempatan pelatihan penulis diberi tes soal-soal matematika yang salah satunya sebagai berikut
Menariknya ketika soal tersebut diujicobakan pada guru-guru matematika peserta MGMP kebanyakan peserta langsung mengerjakan sebagai berikut
Padahal selaku guru, mestinya lebih mengusai daripada siswanya. Bahkan kita juga lupa kalau selama ini sudah sangat mengusai selisih dua kuadrat
Sedangkan

Sehingga seharusnya pengerjaan guru yang praktis adalah

Apalagi ketika diberikan soal
Kebanyakan semua mengubah
selanjutnya disubstitusikan. Hasilnya sebagian ada yang bisa menyelesaikan tetapi perlu waktu cukup lama.
Padahal penyelesaian yang praktis adalah

Kesimpulannya, kita sebagai guru terlalu kaku dengan prosedur, sehingga begitu ada soal langsung dikerjakan sesuai prosedur standar. Akibatnya perlu waktu cukup lama. Seharusnya saat menerima soal kita berfikir dulu, strategi apa yang paling efekti, baru melangkah mengerjakan soal.
Ternyata kebiasaan ini secara tidak sadar kita turunkan pada anak didik kita. Contohnya
ketika diberi soal 125 x 56 maka kebanyakan peserta didik langsung menghitung dengan perkalian bersusun
Padahal dengan sifat assosiatif soal itu dapat diselesaiakn dengan mudah
125 x 56 = 125 x (8 x 7) = (125 x 8) x 7 = 1000 x 7 = 7000
atau dengan strategi kali dua bagi dua
125 x 56 = 250 x 28 = 500 x 14 = 1000 x 7 = 7000
Maka bisa dikatakan kita telah mencetak anakdidik menjadi kuli, diberikan barang yang berat langsung diangkat karena merasa kuat dan mampu mengangkat. Padahal seorang yang berfikir, saat menerima tugas mengangkat benda berat akan berfikir dulu, kira-kira menggunakan strategi apa agar tenaga yang digunakan dapat dihemat, barang tetap dapat dipindahkan sesuai perintah.