Kamis, 31 Juli 2008

PENGALAMAN MENGAJAR SEBAGAI HASIL PENELITIAN

Koran Pendidikan

Banyak guru sebagai tenaga pendidik tidak menyadari persoalan yang muncul selama pembelajaran.

Bisajadi, masalah dalam pembelajaran terhadap peserta didik dan pengelolaan kelas tidak dimaknai dan dipahami oleh guru sebagai sebuah bahan referensi untuk perbaikan pembelajaran di hari- hari kemudian.

Jika kecenderungan ini tidak disadari sepenuhnya, guru seolah tidak mampu menjadikan setiap masalah yang didapati ketika pembelajaran sebagai bahan evaluasi diri, Bahkan, karma sering mengalami, tidak mustahil guru menganggap data pengelolaan kelas sebagai. kejadian yang lumrah dan sudah biasa.

Tentunya, sikapdan 'apatisme' semacam ini bisa merugikan, bagi guru maupun peserta didik. Apalagi, tuntutan standarisasi kompetensi profesional guru menjadi kapasitas yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Kreativitas,

inovasi, dan keberhasilan guru dalam pembelajaran menjadiprasyarat agar pendidikan lebih bermutu, proses maupun output-nya.

Kondisi masih kurang terpenuhinya standar kompetensi (peda-gogik) guru serta terbatasnya ang-ka keberhasilan (kreativilas-inova-si) guru dalam pembelajaran di ke­las banyak diuraikan oleh guru yang sudah terbukti kcberhasilan-nya ini. Bcrikut wawancara Choiml Amin dari KORAN PENDIDIKAN dengan guru berprestasi tingkal national, M Sholeh Mawardi SPd.

Apa inotivasi Anda sebelum mengikuti berbagai lomba guru sehingga akhirnya menjadi seorang guru yang berhasil (berprestasi) ?

Awalnya, kesempatan mengikuti lomba memang tidak jatuh langsung untuk Saya. Tetapi, karena gu­ru yang dianggap lebih senior dan nmmpuni tidak sanggup, akhirnya Saya termotivasi untuk menjadi peserta. Modal awal Saya waktu itu ha-nya pengalaman menyusun skrip-si. Yang paling teringat, skripsi me-rupakan hasil pengamatan dan pe-nelitian yang benar-benar terjadi.

Anda pemah membuat karya tulis tentang peningkatan imtaq (iman dan taqwa), Apakah Anda mengala­mi kesulitan membuatnya?

Apa yang Saya tulis sebenarnya sudah Saya kuasai dan terapkan da­lam pembelajaran Matematika. Misalnya, Saya mengajarkan pada siswa tentang bilangan perfect (scm-purna) dan keistimewaan bilangan ganjil. Materi ini memiliki hubungan dengan peningkatan imtaq. Saya menjelaskan pokok ba-hasan tersebut dihubungkan de­ngan kebiasaan tidur Nabi Daud AS dan kesukaan Allah SWT terhadap bilangan ganjil.

Umumnya pelajaran Matematika dianggap sulit dan tidak disukai kebanyakan siswa. Kreatiwtas dan ino­vasi pembelajaran seperti apa yang Anda lakukan sehingga anggapan ini bisa terbantahkan?

Saya punya salah satu kiat yang bi­sa membangkitkan minat dan mo tivasi siswa untuk belajar Matematika secara menyenangkan.

Metodc yang Saya gunakan adalah permainan sulap menggunakan simbol-simbol Matematika. Saya mengintegrasikan metode sulap ini selama pembelajaran. Terka-dang, sulap hanya Saya gunakan sebagai reward atas kemauan dan ke­berhasilan belajar anak. Biasanya, sulap Saya lakukan di awal pelajaran (apersepsi) atau di akhir.

Apa efektivitasnya?

Sadar atau tidak disadari, siswa menjadi terangsang mengikuti pembelajaran dengan senang hati, tanpa merasa dipaksa. Sengaja, rahasia sulap Saya berikan kepada siswa dalam keadaan penasaran selama atau setelah mengikuti ma­teri (secara keseluruhan). Banyak teori dan konsep Matematika yang bisa dijelaskan dan dijawab dengan rahasia sulap ini. Inilah yang Saya scbut pembelajaran terintcgrasi dalam permainan sulap. Konsep yang bisa dijelaskan menggunakan permainan sulap, misalnya, adalah teori bilangan basis biner dan peluang (probabilitas).

Adakah ukuran lain yang menunjukkan kreativitas pembelajaran yang Anda lakukan mampu memotivasi belajar siswa?

Oh, pasti. Saya (terbiasa) menye-bar angket kepada siswa seusai pe­lajaran. Isinya menanyakan apakah mereka senangjika mendapatijam pelajaran Matematika kosong. Sebelum metode kreatif tersebut Saya gunakan, sebagian besar siswa menjawab sangat senang. Tiga bulan berikutnya, setelah mereka terbiasa mendapatkan pelajaran disertai penggunaan metode sulap, jawaban terbesar dari siswa menunjukkan tidak suka jika jam pelajaran Matematika kosong.

Apakah pengalaman pembelaja­ran yang Anda alami ini yang selanjutnya menjadi hasil penelitian yang anda kembangkan dalam se­tiap karya tulis ilmiah?

Tepat sekali. Saya menjadi mudah menyusun karya lulis dan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan mengangkat tern a pengalaman pembelajaran yang sudah Saya terapkan sendiri. Scmua Saya dokumentasikan sebagai hasil penelitian karena paling tidak diperkuat dengan hasil angket yang Saya sebarkan.

Keberhasilan Anda terkini adalah inovasi pembelajaran dalam mem­buat dan menggunakan alat peraga. Menurut Anda, apakah penggunaan alat peraga harus (selalu) ada dalam pembelajaran Matematika ?

Ya. Alat peraga sangat penting da­lam pembelajaran (Malematika) disekolah menengah (SMP). Kon­sep Matematika banyak yang abs-trak sehingga membutuhknn ban-tuan alat peraga imiiik dapat dipa­hami dengan Iwik oleh siswa. Hal ini sangat penting mengingat pela­jaran yang diberikan padajenjang SMP merupakan teori-teori dasar yang menjadi prasyarat untuk pe-mahaman dan penguasaan lebih lanjut pelajaran di jenjang lebih tinggi (SMA).

Sejauh ini bagaimana penggunaan alat peraga oleh guru Matematika ?

Frckuensinya sangat minim. Ala-san yang dikeluhkan guru adalah karena faktor kendala kesulitan pembuatan, biaya, dan tempat/ ruang penyimpanan. Padahal, gu­ru sebenarnya bisa membuat alat peraga sendiri secara sederhana. Apa yang Saya kembangkan hara-pannya bisa dilakukan juga oleh semua guru Matematika. Saya telah membuat alat peraga yang praktis, sederhana berbahan kertas (Alga Prana Batas) yang sudah teruji cf'ck-tivitasnya.

Apa yang telah Anda lakukan dan capai, pada saat yang sama belum banyak dilakukan guru lain. Bagaimana anda mensikapi kenyataan ini?

Kalau mau jujur, kemampuan guru dalam membuat karya tulis (ilmiah) masih sangat rendah. Kompetensi mengajar guru juga termasuk rendah terbukti dengan banyaknya jumlah guru tidak lulus uji sertifikasi. Saya sampai sering didatangi sesama teman guru untuk konsultasi perihal cara membuat karya tulis (ilmiah), PTK, RPP, atau yang lainnya. Sebagian guru yang datang juga mengeluhkan kurangnya pembinaan bagi peningkatan kompetensinya dalam mengajar.

Menurut Anda, bagaimana solusi mengatasi permasalahan tersebut?

Sebenarnya pemberdayaan guru melalui forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sangat efektif untuk mcningkatkan mutu tcnaga pcndidik. Akan Ictapi, se-jauh ini masih bclum berfungsi dan bcrperan dengan semcslinya. Pola kerja MGMP selama ini masih kurang el'ektif dan optimal.

Maksud Anda?

Pola pcmbinaan dan pcmberda-yaan gum melalui MGMP sclama illi masih tcrpusat (di Kola Kepanjen) dan cenderung kurang mem-perhatikan guru di wilayah pinggi-ran. Produk yang dihasilkan MG­MP juga masih berorientasi mem-buat soal-soal latihan siswa (LKS). Kondisi wilayah Kabupaten Malang yang luas dan berjauhan menjadi kendala utama persebaran pember-dayaan dan pembinaan secara ce-pat dan mcrata. Apalagi, jika pe-ngawas dan pengurus MGMP tidak mampu berperan dengan baik dan semestinya, peningkatan mutu pendidikan bisa berjalan lambat dan timpang. Misalnj'a, implementasi kebijakan pendidikan lerkini sering tidak tersosialisasikan atau tcrinterpretasi dengan baik di kalangan guru wilayah pinggiran atau swasta.

Pola kerja seperti apakah yang menurut anda lebih tepat?

Dalam memerankan fungsinya, iorum MGMP bisa menggunakan pendekatan duster (kelompok) kewilayahan yang saling berdekatan unluk memudahkan akscs dan persebaran. Dengan demikian, gu­ru di wilayah pinggiran sekalipun, akan dapat terfasilitasi dan terlaya-ni dengan baik peningkalan kom-petensinya. Pengimbasan secara menyeluruh ke semua wilayah akan mampu mengatasi persoalan kelambatan dan ketimpangan peningkatan mutu tenaga pen-didik di Kabupaten Malang. Ba-rangkali, yang sudah dilakukan MGMP Matematika SMP bisa dite-rapkan dengan menghimpun gu-itj yang ada wilayah kecamatan Kc-panjen, Dampit, Singosari, Dau, Pujon, Ngantang, Kasembon, dan Poncokusumo.

Hal mendesak apa yang harus dipecahkan pemerintah (Dinas P & K) untuk meningkatkan mutu tenaga pendidik sekaligus forum MGMP masing-masing?

Kelambatan peningkatan mutu tcnaga pendidik di banding dae-rah (Kab/Kota) lain harus segera diatasi. Perlu ada anggaran khusus peningkatan kompetensi guru yang tidak harus peningkalan ke-sejahteraan (fmansial), melainkan pcningaiakan kompetensinya. Pa-da saat yang sama, pemberdayaan guru melalui MGMP mestinya le­bih diperhatikan dengan membe-rikan dukungan yang lebih realis-tis dan memadai (tidak hanya me-ngandalkan dana block grant se-mata). MGMP adalah ujung tom-bak peningkatan mutu pembela-jaran sehingga fungsinya hams di-maksimalkan dengan baik. Pem­binaan pedagogik semua guru mestinya lidak hanya mcngandal-kan pengawas dan kepala sekolah. Pelibatan dan pemberdayaan MGMP sangat perlu karena tidak mungkin setiap pengawas bisa memasuki ruang kelas guru satu pcrsalu secara intensif. (*)